Terobosan Taman Buah Mekarsari pada Bibit Salak Unggulan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
BOGOR – Kebutuhan akan bibit baru tanaman salak, mendorong Taman Buah Mekarsari untuk melakukan inovasi dalam menciptakan bibit salak unggulan.
Manager R&D Taman Buah Mekarsari, Azis Natawidjaya, menyebutkan, bahwa upaya melakukan penelitian dalam mencari bibit unggul salak sudah dilakukan sejak tahun 1990-an.
“Dasarnya adalah kebutuhan bibit salak unggulan di masa depan dan dalam waktu jangka panjang,” kata Azis saat ditemui di Kebun Salak Taman Buah Mekarsari, Jumat (30/8/2019).
Azis memaparkan bahwa kondisi perkebunan salak Indonesia saat ini hanya ada di daerah Tapanuli Selatan untuk jenis salak Sidempuan, daerah Jawa untuk salak Pondoh dan daerah Bali untuk salak Gula Pasir.
“Semuanya sudah memasuki usia tua. Jumlahnya secara keseluruhan dari tiga daerah itu sekitar 50 juta pohon. Artinya, akan ada kebutuhan bibit salak unggulan sekitar 50-60 juta bibit,” papar Azis.
Mekarsari sangat menyadari dari ketiga jenis salak yang telah disebutkan itu, masing-masing jenis memiliki kekurangan.
“Hal inilah yang mendorong Mekarsari untuk melakukan pemuliaan tanaman. Yaitu mencari bibit yang memiliki sifat unggulan dari masing-masing jenis salak,” kata Azis.
Sifat unggulan yang dimaksud adalah tandannya banyak, jumlah buah dalam satu tandan banyak, jumlah produksi banyak, rasa manis dan daging buah yang tebal.
“Kami sudah melakukan penyilangan. Pertama kami menyilangkan salak Pondoh dari Jawa dengan salak Sidempuan dari Sumatera. Hasil persilangannya kami silangkan lagi dengan salak Gula Pasir yang berasal dari Bali,” urai Azis.
Dari hasil persilangan, didapatkan jenis salak Mawar. Kemudian, disilangkan dengan sesama hasil persilangan, yang menghasilkan jenis bibit baru yaitu SM atau Salak Mekarsari.