Leo Tenada, Tradisi Memanah Tradisional Masyarakat Adat Lewolema
Editor: Mahadeva
LARANTUKA – Kaum lelaki dari Kampung Lamatou, Desa Painapang Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, NTT, terlihat mengenakan kaus putih singlet dan Nowing (kain tenun ikat laki-laki khas NTT).
Mereka terlihat telah bersiap sejak pukul 09.00 WITA di sebelah timur lapangan bola Desa Bantala. Mereka memegang busur dan anak panah di kedua tangannya. Ada beberapa yang mengenakan ikat kepala dari kain tenun.
Beberapa lelaki membawa parang dan lembing di tangan. Kaum lelaki dewasa tersebut bersiap menggelar atraksi memanah. Atraksi yang menjadi tradisi bagi masyarakat Lamatou, Desa Painapang, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur, NTT.
“Leo Tenada merupakan seni memanah tradisional yang dijalankan sejak turun temurun. Memanah dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur akan proses pembangunan Koko Padak Bale atau rumah adat,” sebut Petrus Eban Tukan, warga Desa Painapang, Kamis (12/9/2019).
Aktivitas Leo Tenada, juga dilakukan untuk menguji keterampilan atau ketangkasan bagi anak-anak suku tertentu. Utamanya anak laki-laki, apabila akan berlaga di medan perang. Sebelum proses Leo Tenada atau memanah digelar, terlebih dahulu dilakukan Tari Hedung atau semacam tari Tandak oleh peserta, dari suku Lamahewe, sebagai Jutera atau anak yang terlebih dahulu memanah.
“Setelah Jutera memanah, baru diikuti oleh anak-anak suku lain. Sehingga semua anak suku saling berebutan memanah. Sambil terus diiringi oleh suara tabuhan gong dan gendang,” terangnya.