Leo Tenada, Tradisi Memanah Tradisional Masyarakat Adat Lewolema
Editor: Mahadeva
Bagi masyarakat Lamatou, Leo Tenada yang dipentaskan dalam Festival Lamaholot, agar aktifitas tersebut bisa terus lestari. Siapa yang meraih juara, atau bisa mengenai obyek sasaran, akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Yoseph Tana Ruron, Warga Lamatou yang memanah padu atau obyek secara tepat, mengaku bangga bisa memanah obyek dan tepat mengenai padu atau damar. “Saya memanah beberapa kali baru anak panah saya kena tepat di obyek yang dibidik. Padu-nya atau damar yang menjadi obyek sangat tinggi,” ungkapnya.
Angin kencang saat atraksi Leo Tenada, membuat Yoseph dan peserta kesulitan untuk memanah tepat sasaran. Meski bidikannya tepat, anak panah sering meleset terbawa angin. Obyek bidikan ditancap di sebuah bagang bambu yang diletakan di tengah lapangan sepak bola. Di atas ujung bambu setinggi sekira lima meter, terikat padu atau damar berdiameter sekitar 10 sentimeter.
Peserta memanah berdiri sejauh sekira 30 meter, dan dibatasi dengan garis putih. Dalam hitungan 10 menit, sudah ada tiga pemanah yang anak panahnya tepat mengenai sasaran. Seorang lelaki tua, dengan memegang parang di tangan kanan sambil berteriak, lari memasuki lapangan. Parang pun ditebas ke bambu sehingga kegiatan Leo Tenada berakhir. Pemanah yang bidikannya berada paling atas di obyek ditetapkan sebagai pemenang.