Makin Diminati, Tenun Ikat Flotim Butuh Penerus

Editor: Koko Triarko

LARANTUKA – Potensi tenun ikat di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, sangat menjanjikan. Saat in,i banyak orang mulai tertarik mengenakan kain tenun, baik untuk sarung maupun untuk dibuat baju dan aksesori lainnya. Permintaan pasar akan kain tenun pun sangat besar. Tak hanya dari Flores Timur, namun juga dari luar daerah.

“Saya melihat, para penenun rata-rata sudah berumur di atas 40 tahun, sehingga harus ada regenerasi. Kalau tidak diwariskan dan diajarkan kepada generasi muda, suatu saat akan hilang,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Flores Timur, Apolonia Corebima, Sabtu (14/9/2019).

Dikatakan Nia, sapaannya, menenun juga harus diajarkan di sekolah-sekolah agar anak-anak bisa mahir menenun. Pihaknya kuatir kalau para orang tua sudah tiada, maka generasi akan datang tidak bisa menenun dan warisan leluhur ini akan hilang.

“Perlu ada pelajaran mengenai tenun, termasuk proses menenun. Kalau tidak diajarkan sejak dini, suatu saat generasi masa datang tidak bisa menenun dan kain tenun pun hilang,” ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Flores Timur, Apolonoa Corebima. -Foto: Ebed de Rosary

Menurut Nia, potensi tenun ikat sangat luar biasa dan memiliki nilai ekonomi. Menenun bisa menjadi pekerjaan dan mendatangkan penghasilan, sehingga pihaknya selalu membuat atraksi menenun di setiap festival.

“Dengan adanya aksi menenun di setiap festival, kami berharap generasi muda bisa tertarik untuk belajar menenun. Kalau zaman dulu, menenun merupakan sebuah kewajiban bagi perempuan dewasa,” ucapnya.

Lihat juga...