Makin Diminati, Tenun Ikat Flotim Butuh Penerus
Editor: Koko Triarko
Tenun bisa mendatangkan penghasilan yang lumayan besar, sehingga Nia berharap anak-anak muda bisa membentuk kelompok tenun dan mulai melakukan produksi massal.
“Kita jangan berpikir orang dari luar daerah yang membeli, sebab kebutuhan di kabupaten Flotim sendiri sangat besar sekali. Kami harapkan kelompok tenun tetap eksis,” harapnya.
Kendala yang dihadapi penenun di Flotim, kata Nia, yakni soal bahan baku dan teknik pewarnaan. Para penenun mengalami kendala di teknik pewarnaan dan harga juga terlalu mahal, sehingga membuat banyak orang berpikir untuk membelinya.
Maria Peni Hekin, salah seorang penenun asal desa Bantala kecamatan Lewolema, kabupaten Flores Timur, NTT, mengatakan, dirinya menjual kain tenun di desanya dengan harga Rp1 juta per lembar.
“Dalam sebulan, saya bisa menghasilkan dua lembar kain tenun. Ukuran panjang kain tenun sekitar 1,5 meter dan lebar sekitar 70 centimeter. Benang yang digunakan benang pabrikan,” jelasnya.
Peni mengaku bergabung di kelompok tenun Dona Tobo, yang beranggotakan 10 orang. Pihaknya pun mendapat bantuan benang dan pewarna benang dari pemerintah desa Bantala.
“Kalau bisa, pemerintah kabupaten Flores Timur juga bisa membantu kami benang, agar kami tidak kesulitan untuk mulai menenun,” harapnya.