NTT Berdayakan Peran PKK Perangi ‘Stunting’
Editor: Koko Triarko
KUPANG – Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi dengan angka stunting (kekerdilan) yang tinggi. Untuk itu, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) setempat, diminta untuk membantu menurunkan angka stunting.
“Sejak 2013 hingga 2018, NTT hanya mampu menurunkan angka stunting dari 51 persen menjadi 42 persen. Berarti hanya 9 persen turunnya,” kata Sinin Petrus Manuk, ketua panitia Jambore Kader Posyandu dan Kader TP PKK Provinsi NTT 2019, Selasa (10/9/2019).
Dikatakan Sinun, dalam jambore kali ini TP PKK mengusung tema ‘Dengan Semangat Jambore Kader PKK dan Posyandu 2019 Bersama Kita Mencegah Stunting di NTT’.
“Stunting di NTT masih tertinggi, sehingga kami ingin meningkatkan peran serta TP PKK dalam mengatasi permasalahan ini,” sebutnya.
Kegiatan jambore, kata Sinun, dilaksanakan untuk memberi motivasi kepada para kader PKK dan Posyandu yang ada di desa dan kelurahan. Para kader harus lebih mengambil peran aktif dalam kualitas gerakan PKK, dan daya juang dalam mengembangkan posyandu ke arah kemandirian.
“Kami ingin mengetahui daya serap, kepedulian serta tanggung jawab kader PKK dan kader posyandu, dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia di wilayah kerjanya secara efektif dan efisien,” terangnya.
Kegiatan jambore juga untuk meningkatkan kapasitas kader PKK dan kader Posyandu, agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional. Kader yang berprestasi akan diberikan peghargaan dan apresiasi.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, berharap agar dalam menjalankan tugasnya TP PKK menerapkan tiga kata kunci. Pertama, semangat. Bangkit bersama untuk membangun NTT. Kedua, kader. Mereka merupakan orang yang dilatih dan merupakan orang yang tidak mengenal kata putus asa dan lelah.