Petambak Vaname di Bakauheni Butuh Tambahan Saluran Air
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Budi daya udang putih atau vaname di Bakauheni membutuhkan penambahan saluran air. Selama ini kegiatan di ratusan hektare tambak udang hanya memanfaatkan satu saluran air.
Sulistio, petambak di Dusun Sukarame Penobakan, Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan menyebut, petambak mendambakan saluran air yang terpisah-pisah. Satu saluran air sepanjang kurang lebih satu kilometer, dari bibir pantai Penobakan, dipakai secara komunal. Air laut yang mengalir secara alami saat pasang surut, dimanfaatkan petambak untuk budi daya. Dan saluran tersebut, juga digunakan untuk pembuangan proses panen udang.
Sementara, air pembuangan proses panen udang vaname kerap mengandung bibit penyakit dan kotoran. Kondisi tersebut sudah berlangsung puluhan tahun. Sementara, untuk saluran air tawar dimiliki petambak dengan membuat sumur bor. “Petambak membutuhkan air payau, berupa campuran air laut berkadar garam dengan air tawar dari sumur bor. Air untuk budi daya udang vaname, maksimal tiga bulan dalam satu fase budi daya,” ungkap Sulistio saat ditemui Cendana News, Jumat (27/9/2019).
Pemilik dua petak tambak udang tersebut menambahkan, pada musim kemarau kadar garam (salinitas) air meningkat. Solusinya dilakukan penambahan air tawar. Sebagian petambak ada yang memanfaatkan air dari saluran utama, meski ada risiko terkontaminasi penyakit.
Arisan panen udang, menjadi solusi mengatasi persoalan yang dihadapi petambak. Selain dalam pemanenan, persoalan penggunaan saluran air dipecahkan bersama. Koordinasi dengan pemilik tambak intensif juga dilakukan, agar saat pemanenan air yang dibuang pada saluran utama tidak dipakai petambak sementara waktu. Usulan pembuatan dua saluran pemasukan (inlet) dan pembuangan (outlet) berbeda ke instansi terkait belum terealisasi.