Produksi Jagung Menurun, Berimbas pada Buruh Petik dan Perontok
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Penurunan produksi jagung di Lampung Selatan (Lamsel) ikut mempengaruhi jasa petik dan usaha perontokan jagung.
Sumini, buruh petik jagung di Desa Pasuruan, Penengahan mengungkapkan, penurunan produksi terlihat pada jumlah hasil panen dalam karung. Pada kondisi normal ia bisa mendapatkan hasil petik sebanyak 30 karung, kini hanya mendapatkan 25 karung.
Penurunan produksi jagung membuat ia mendapatkan hasil lebih sedikit. Sebab dengan upah Rp4.000 per karung ia hanya mendapatkan Rp100.000 untuk 25 karung yang berhasil dipetiknya.
Jumlah itu lebih sedikit dibandingkan saat produksi jagung stabil hingga 30 karung dengan hasil Rp120.000. Selain jumlah karung yang menurun, permintaan jasa panen jagung mulai berkurang.
Sebagian lahan jagung yang masih bisa panen menurutnya berasal dari lokasi yang dekat dengan saluran irigasi. Sebab pemilik tanaman jagung masih bisa melakukan penyiraman tanaman hingga memasuki masa panen.
Satu hamparan lahan jagung yang membutuhkan sekitar 30 buruh petik berkurang menjadi 20 buruh. Pengurangan tenaga buruh petik dilakukan pemilik menyesuaikan jumlah jagung yang akan dipetik.
“Masa panen jagung kerap menjadi berkah bagi para buruh petik namun saat kemarau hanya sedikit lahan jagung bisa dipanen, sebagian gagal panen karena pertumbuhan tidak maksimal,” ungkap Sumini saat ditemui Cendana News, Kamis (19/9/2019).