Spirit Lamaholot, untuk Mencegah Konflik dan Perpecahan di Masa Mendatang

Editor: Mahadeva

LARANTUKA – Sebagai etnis yang mendiami Flores Timur Daratan, Solor, Adonara, Lembata dan  beberapa bagian Alor, Lamaholot yang berarti, kampung yang bersambung, menempatkan persatuan sebagai sendi dasar kehidupan komunitas tersebut.

Hal itu dilatarbelakangi kenyataan alam yang keras, terutama curah hujan yang pendek. Sehingga dibutuhkan rekatan sosial yang memungkinkan kehidupan bisa berlangsung dalam spirit tolong-menolong.

“Alam yang keras, membutuhkan daya tahan dan kekuatan, fokus serta daya juang yang tinggi. Penguasaan sumber daya alam dan pertarungan hidup menciptakan tradisi perang,” kata I Made Darma Suteja, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bali, Jumat (13/9/2019).

Pernyataan, ada yang harus dikorbankan agar kehidupan berlangsung, melahirkan perasaan gentar dan hormat yang tinggi terhadap kehidupan. Tanah adalah ibu kandung kosmik orang Lamaholot. Karena dari sanalah, segala jenis bahan makanan dan aneka kehidupan tumbuh.

Pendudukan kolonial dengan politik adu-dombanya, telah turut menciptakan perpecahan, terutama perang panjang antara kelompok bersaudara Paji dan Demon, yang masing-masing terus mencari sekutu pendukungnya. “Konflik antar kampung, antar komunitas soal tapal batas tanah, kerap terjadi. Ancaman perpecahan dan konflik di masa yang akan datang dapat diantisipasi dengan mengembalikan spirit kesatuan Lamaholot,” tegasnya.

Di tengah kenyataan kehidupan yang kian terfragmentasi dewasa ini, spirit tersebut menjadi sangat penting. Karena itulah, dalam proses tersebut yang dibutuhkan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya.

Wicaksono Adi, penulis esai seni budaya. Foto : Ebed de Rosary
Lihat juga...