Teknologi dan Industri Kedokteran Gigi di Indonesia Semakin Berkembang
Editor: Mahadeva
JEMBER – Perkembangan teknologi dan industri kedokteran gigi di Indonesia, saat ini semakin pesat. Banyak solusi pilihan terbaru, yang dapat digunakan dalam proses penanganan atau pengobatan gigi.
“Termasuk, cara melakukan anestesi, tanpa rasa sakit dan tanpa menggunakan jarum suntik,” ujar Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember, drg. Rahardyan Parnaadji, M.Kes., Sp. Pros., pada pembukaan Forum Komunikasi Ilmiah Nasional (Forkinas) ke VII, Jumat (6/9/2019).
Untuk menunjang perkembangan teknologi dan industri itu, perlu upaya meningkatkan kualitas sumber daya dokter gigi. “Oleh karenanya, dalam acara ini (Forkinas), kami mengundang para dokter gigi, praktisi dan peneliti dari 32 FKG yang ada di Indonesia. Kami juga mengundang peneliti dari Jepang, Malaysia dan Singapura, untuk memaparkan hasil penelitian mereka,” tambah Rahardiyan.
Kegiatan dalam rangka mengulas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kedokteran gigi. Harapannya, dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Saat ini, Derajat kesehatan gigi regional maupun nasional di Indonesia, masih perlu ditingkatkan. Kasus gigi berlubang, masih menjadi persoalan besar yang perlu diselesaikan. “95 persen masyarakat Indonesia sebenarnya sudah melakukan sikat gigi. Namun hanya 2,3 persen yang melakukan dengan benar. Sehingga kasus gigi berlubang masih sangat tinggi,” lanjut Rahardyan.
Sementara, perkembangan industri kedokteran gigi yang tumbuh dengan pesat, saat ini masih belum bisa diimbangi dengan jumlah tenaga dokter gigi yang memadai. Saat ini, perbandingan jumlah dokter gigi dengan jumlah penduduk adalah, satu berbanding 9.000. “Padahal idealnya itu satu dokter gigi berbanding dengan 1.000 penduduk. Belum lagi sebaran dokter gigi yang tidak merata ke daerah-daerah terpencil, masih banyak berkumpul di pulau jawa,” pungkas Rahardyan.