TMII Edukasi Nilai Tradisi melalui Ruwatan Massal
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Hal ini dikarenakan ruwatan ini ada proses sungkeman para sukerto kepada kedua orangtuanya. “Tanggal itu disesuaikan bisa Sabtu atau Minggu, saat keluarga berkumpul. Karena kan orang tua dalam kegiatan ini harus hadir memberikan restu dan doa pada anaknya yang diruwat,” ujar Sigit yang juga menjabat sebagai Koordinator Museum dan Hubungan Kelembagaan TMII.
Perihal pembatasan peserta ruwatan massal, menurutnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi peserta. Apalagi pada tahun sebelumnya selalu digelar di dalam ruangan Museum Pusaka.
Pada tahun 2019, kegiatan ini digelar di pelataran samping Museum Pusaka, dengan tetap membatasi peserta.
“Banyak yang minat ruwatan massal, tapi tetap harus dibatasi karena kan mereka juga butuh kenyamanan,” ujarnya.
Sigit mengatakan, memang peminat ruwatan massal sangat banyak. Tapi pihaknya tetap membatasi dengan alasan karena persiapan sarana ruwatan itu sangat beragam. Sehingga harus dipersiapkan dengan matang agar tidak mengecewakan para sukerto.
“Kalau kita gelar ruwatan massal ini tidak sesuai dengan kemampuan kita, nanti mengecewakan. Jadi pembatasan itu demi kenyamanan peserta,” tandasnya.
Adapun ragam sarana ruwatan massal adalah sebut dia, wayang kulit cerita Murwakala yang dibawakan oleh dalang ruwat, musik gamelan Jawa, sesaji ruwat, siraman kembang dengan air 7 sumur, potong rambut, dan yang ruwat harus memakai kain mori putih
“Semua sarana ruwatan itu disediakan panitia dari Museum Pusaka TMII,” ujarnya.
Lebih lanjut Sigit mengatakan, bahwa ruwatan massal ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya tradisi warisan leluhur kepada generasi muda.