Utang Pemerintah 2020 Diproyeksi Capai Rp5.000 Triliun
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Indonesia Islam And Development Studies (IDEAS) memproyeksikan stok utang pemerintah akan terus meningkat secara progresif, hingga menyentuh Rp5.000 triliun pada awal 2020, dan akan menembus angka Rp6.000 triliun pada akhir 2022.
Direktur IDEAS, Yusuf Wibosono mengatakan, dengan indikator yang konvensional pun, rasio stok utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), keamanannya makin turun.
“Diproyeksi akan menembus 30 persen dari PDB pada akhir 2019, dan menuju 31 persen dari PDB pada akhir 2022, yaitu menyentuh Rp6 ribu triliun. Pada 2020 di angka Rp5 ribu triliun,” kata Yusuf, pada diskusi hasil riset IDEAS bertajuk ‘Mimpi Anggaran Untuk Rakyat dan Mengukir Asa, Melambung Utang’ di Jakarta, Senin (16/9/2019).
Menurutnya, disiplin fiskal yang rendah membuat ketergantungan pada utang terus meningkat. Upaya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat menjadi jargon pembenaran. Utang pun terakumulasi dari waktu ke waktu, dan utang bukanlah tanpa biaya, bahkan sangat mahal.
“Beban bunga utang melonjak tiga kali lipat pada rentang 2010 – 2018, dari rentang Rp88,4 triliun menjadi Rp258 triliun. Pada saat yang sama, pembayaran cicilan pokok utang berlipat hampir empat kali dari Rp127 triliun menjadi Rp460 triliun,” ungkap Yusuf.
Besarnya beban utang secara signifikan telah menurunkan kemampuan negara untuk mengakselerasi pembangunan dan penanggulangan kemiskinan. Pada 2018, jelas dia, belanja modal Rp185 triliun, hanya tiga perempat dari beban bunga utang.
Pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, beban bunga utang diproyeksikan mencapai Rp295 triliun, lebih dari dua kali lipat anggaran kesehatan yang hanya Rp132 triliun.