Dirjen Dorong Petani di Kalbar Terapkan ‘Tusip’

PONTIANAK – Dirjen Pangan Kementan RI, Suwandi, mengajak petani di Kalbar memanfaatkan potensi pertanian yang ada dan satu di antaranya dengan tumpang sisip (tusip).

“Tusip adalah cara cocok tanam, satu bidang lahan ditanam dengan dua atau lebih jenis tanaman dengan pengaturan waktu tanam dan panen. Untuk di Jawa, tusip tidak asing lagi dan di Kalbar harus mulai menerapkannya,” ujarnya, saat di Pontianak, Rabu (9/10/2019).

Tusip yang potensial dicontohkan seperti padi dan kacang hijau. Hal itu seperti yang diterapkan petani di Jateng. Sambil menunggu masa panen petani di sana menebar benih atau menanam kacang hijau.

“Tanpa pengolahan tanah dan pupuk, petani langsung sebar benih kacang hijau lahan yang sama,” kata dia.

Menurutnya, dalam 1 hektare benih yang dibutuhkan 40 kilogram kacang hijau. Masa tanam hanya 2 bulan dan menghasilkan 1,5 ton.

“Harga kacang hijau di kisaran Rp12.000 per kilogram. Artinya, per masa tanam petani mendapatkan penghasilan Rp16 juta atau Rp8 juta per bulan,” kata dia.

Permintaan kacang hijau cukup besar. Produksi petani saat ini untuk komoditas ekspor.

“Soal tusip dan lainnya sebenarnya kearifan lokal dari sejak nenek moyang di Kalbar sudah ada. Dulu, ada berbagai tanaman di pematang sawah atau di sekitar ladang. Nah, potensi itu yang kini harus dimaksimalkan lagi dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan petani,” kata dia.

Sementara teknis lain untuk menambah pendapatan petani seperti di Sukabumi, Jabar. Menurut dia, petani memanen kedelai di masa muda, yakni 2 bulan atau satu bulan di masa panen.

“Mereka lebih untung jual kedelai muda daripada yang tua. Yang muda untuk dijual kacang kedelai rebus. Selain harga lebih mahal dan masa panen lebih cepat dari satu bulan,” kata dia.

Lihat juga...