INDEF: Dampak Perang Dagang AS-Cina Masih Jadi Tantangan Kabinet Baru
JAKARTA – Institut for Develompent of Economics and Finance (INDEF), menilai komposisi menteri-menteri ekonomi Kabinet Indonesia Maju Jilid II masih belum dalam kondisi yang ideal. Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dihadapkan dengan tantangan dan harapan lima tahun ke depan peningkatan ekonomi terpenuhi.
Peneliti INDEF, Andry Satrio Nugroho, mengatakan, pemilihan menteri-menteri ekonomi yang baru saja dilantik Presiden Jokowi, posisi strategis penopang industri, seperti Kementerian Perindustrian dan Perdagangan masih diisi dari partai.
“Idealnya posisi menteri dan wakil menteri berasal dari profesional. Jika memang ingin dari partai, tentu perlu dipilih dengan latar belakang dan keahlian yang mumpuni,” kata Andry, dalam diskusi online INDEF bertajuk ‘Kabinet Menteri Ekonomi Jilid II: Tantangan dan Harapan’ di Jakarta, Sabtu (26/10/2019) siang.
Apalagi, jelas dia, pada 2014 lima tahun lalu, tantangan ekonomi berkisar pada melambatnya pertumbuhan ekonomi yang disebabkan boom komoditas yang mulai menghilang. Dampaknya cukup terasa, ketika Indonesia masih mengandalkan produk ekspor andalan pada sebatas komoditas alam, seperti CPO dan batu bara.
“Industri dan perdagangan, tantangan dan harapan perlu dipenuhi dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.
Tantangan lainnya, tambah dia, adalah melemahnya nilai tukar akibat berbondong-bondongnya modal asing keluar (capital outflow). Yakni, selepas berakhirnya Quantitive Easing oleh The Fed menjadi batu sandungan lain, meski dampak lanjutan berhasil diredam.
“Serupa dengan periode pertama, pada periode ke dua ini, Presiden Jokowi dihadapkan dengan tantangan ekonomi yang tidak mudah. Perang dagang Cina dan Amerika Serikat (AS) masih belum usai,” ujar Andry.