INDEF: Dampak Perang Dagang AS-Cina Masih Jadi Tantangan Kabinet Baru

Kedua negara tersebut kini dihadapkan pada kondisi sama-sama mulai menanggung dampaknya. “Alih-alih mendapatkan kesempatan dari diversi perdagangan, Indonesia malah menjadi korban perang dagang,” tukasnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, dampak pelemahan perekonomian Cina terhadap industri Indonesia saat ini. Cina sebagai mitra dagang terbesar perlu dicermati tantangan perdagangannya ke depan. Setidaknya, dalam lima tahun yang tentu akan berdampak pada industri dalam negeri.

Karena tidak ada yang mengira perang dagang dengan AS mampu menekan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke tiga Cina, menjadi yang terendah selama 27 tahun.

Perdagangan Cina sudah mengarah pada perlambatan. Pada September, pertumbuhan ekspor Cina menurun 3,2 persen, sementara impornya menurun hingga 8,5 persen dibanding tahun lalu.

Tentunya, penurunan pertumbuhan ekspor terbesar terjadi dengan AS dengan penurunan sebesar 7,8 persen, dan impor menurun hingga sebesar 31,2 persen.

“Pelemahan indikator perdagangan ini disebabkan oleh pengenaan tarif yang tinggi oleh AS terhadap komoditas impor dari Cina. Kondisi ini memaksa industri domestik Cina untuk mengencangkan ikat pinggang,” ujarnya.

Beberapa di antaranya, yakni memilih untuk relokasi pabrik dan basis produksinya ke beberapa negara sekitar. Seperti India, Vietnam, Thailand dan Malaysia, demi tetap masuk ke pasar AS.

Cina juga mengalami inflasi sebesar 3 persen, tertinggi selama 7 tahun terakhir. Harga pangan menjadi penyumbang terbesar dari inflasi.

Meningkatnya harga pangan didominasi oleh krisis daging babi yang disebabkan oleh flu babi Afrika menjangkit setengah dari populasi babi di Cina.

Lihat juga...