Jalan Panjang Eksplorasi BBN
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Eksplorasi unsur radioaktif yang dilakukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), bukan hanya menghasilkan Bahan Bakar Nuklir (BBN). Aktivitasnya, juga menghasilkan senyawa Logam Tanah Jarang (LTJ) yang memiliki nilai penting dalam pengembangan teknologi dan elektronik.
Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) Batan, Ir. Yarianto Sugeng Budi Susilo, M.Si, menyampaikan, penugasan untuk eksplorasi mineral radioaktif diberikan dalam rangka mempersiapkan bahan bakar nuklir untuk masa depan. “Awalnya, PTBGN ini dibentuk pada 12 Juli 1969 dan bernama Badan Survei Geologi. Amanatnya adalah mencari bahan bakar nuklir didasari oleh pertimbangan bahwa bahan bakar nuklir ini akan bernilai di masa depan,” kata Yarianto, Rabu (16/10/2019).
Eksplorasi pertama kali dilakukan secara kerja sama dengan Perancis. Kegiatannya dilakukan di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara. “Sekitar 1970-an, kita melakukan eksplorasi dengan menggunakan radiometri. Untuk mendeteksi anomali. Saat itu, kita menemukan di Kalang. Dan eksplorasi dilakukan. Hingga akhirnya, saat ini kita sudah bisa mengolah biji Uranium menjadi Yellow Cake, yang kemudian diolah lagi menjadi UO2,” papar Yarianto.
Hingga saat ini, di Kalang masih bisa dilihat Underground Mining sepanjang 618 meter. “Sekitar 1980-an, Perancis mengundurkan diri dari kerjasama tersebut. Jadi semenjak itu, Indonesia bekerja mandiri. Bahkan kita membangun tambang berbentuk terowongan sendiri,” ujar Yarianto.
Selain dengan Perancis, Batan juga bekerja sama dengan Jepang dan Jerman untuk melakukan eksplorasi di wilayah Sumatera, yaitu Aceh, Sibolga Sumatera Utara dan Lampung. “Kalau di Jawa, kita lakukan di Muria tapi tidak berprospek. Di beberapa daerah Papua juga kita lakukan. Tapi karena terkendala masalah keamanan maka eksplorasi tidak dilanjutkan,” ungkap Yarianto.