Kemarau Dimanfaatkan Warga Lamsel Awetkan Bahan Pangan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Meski masih memiliki cadangan bahan makanan dari singkong, Rohmanto juga menyebut menyimpan talas, ubi jalar dan labu yang bisa bertahan saat kemarau. Proses pengolahan lanjutan kerap dilakukan oleh sang nenek bernama Suharni.

Suharni, warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan Lampung Selatan memperlihatkan beras singkong atau tiwul yang sudah dikeringkan menjadi bahan makanan yang bertahan hingga enam bulan lebih, Rabu (2/10/2019) – Foto: Henk Widi

Suharni, wanita yang sehari-hari berjualan di pasar tradisional mengaku menjual makanan berbahan singkong. Selain diolah dan diawetkan dengan menjadi gaplek singkong bisa diawetkan menjadi kerupuk, mangleng dan opak.

Semua bahan olahan singkong tersebut merupakan produk turunan yang bisa disimpan dalam waktu lama. Selanjutnya bahan makanan setengah jadi bisa diolah dengan cara dikukus dan digoreng.

Teknik pengawetan bahan pangan memanfaatkan sinar matahari sudah dijalankan bertahun-tahun. Suharni menyebut selain bisa dipakai untuk kebutuhan keluarga sebagian bisa dijual. Sebab nasi tiwul yang dibuat dari singkong kerap diminati oleh masyarakat yang tengah menjalankan diet ketat makanan.

Nasi tiwul yang digunakan sebagai bahan makanan kerap dipakai untuk asupan makanan penderita diabetes.

“Kualitas nasi tiwul saat kemarau dengan pengeringan sempurna akan lebih bagus dan disukai pelanggan,” tuturnya.

Olahan berbahan singkong yang diawetkan menurut Suharni bisa bertahan lama. Gaplek, tiwul bisa disimpan dalam karung atau wadah kedap udara untuk menjaga keawetan. Selama lebih dari belasan tahun ia mengaku menyimpan tiwul maksimal hingga setengah tahun karena kerap digunakan untuk pembuatan makanan. Pengeringan sempurna disebutnya tanpa memakai bahan pengawet.

Lihat juga...