Kemarau Panjang, Harga Air di Desa Ridomanah Rp80 ribu Per-1.000 Liter

Editor: Mahadeva

BEKASI – Warga di Desa Ridomanah, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sudah lima bulan terakhir mengalami krisis air bersih.

Hal itu, dampak dari kemarau panjang yang tengah melanda wilayah tersebut sejak tujuh bulan terakhir. Air untuk mencuci dan mandi, tiga desa di wilayah Cibarusah, seperti Ridomanah, Ridogalih dan Sirnajati, harus merogoh kocek hingga Rp80 ribu untuk membeli air 1.000 liter.

Air tersebut diangkut dari salah satu sumber mata air di sungai Cipamingkis dengan kondisi seadanya. “Untuk harga air sebenarnya, tergantung lokasi pengantaran, mulai dari Rp50 ribu hingga Rp80 ribu per-1.000 liter.  Karena menggunakan kendaraan dan warga menerima langsung di rumahnya,”ujar Yoyo, selaku pengelola mata air Luweilogani di Kampung Tempuran, desa Ridomanah, Cibarusah, Bekasi kepada Cendana News, Minggu (6/10/2019).

Bagi kendaraan yang mengambil air hingga 1.000 liter menggunakan toren, dikenakan biaya Rp10 ribu. Biaya tersebut untuk biaya perawatan mesin penyedot air, dan memasukkan air ke dalam toren. Jika warga mengambil sendiri menggunakan jeriken, tidak dikenakan biaya. “Warga yang ambil sendiri tidak diambil biaya, asal menggunakan jeriken. Sehari yang dijual bisa 25 toren kepada warga di tiga desa yakni, Desa Ridomanah, Ridogalih atau Sirnajati. Biasanya 1.000 liter digunakan untuk keperluan, mereka selama empat hari,” jelas Yoyo.

Yoyo, pengelola mata air di kampung Tempuran, desa Ridomanah, Cibarusah, Bekasi – Foto M Amin

Jumlah yang dibeli warga, dengan jumlah yang diambil secara gratis oleh warga lebih banyak yang gratis. Sehari, warga yang mengambil air dengan menggunakan jeriken bisa mencapai 30 toren. Sedangkan jumlah pemesanan jumlahnya hanya mencapai 25 toren perhari.

Lihat juga...