Medan Berat Melistriki Mimika Hasil Pemetaan EPT 2018
JAKARTA – Mahasiswa yang tergabung dalam tim Ekspedisi Papua Terang (EPT) 2018, mengingatkan medan menjadi tantangan terberat untuk menyediakan layanan listrik di pedalaman Mimika, Timika, Provinsi Papua.
“Memang medannya sangat berat, ini menjadi tantangan bagi PLN kalau ingin memenuhi target 100 persen elektrifikasi di Provinsi Papua dan Papua Barat di 2020,” kata Farah Aida Ilmiatul Kulsum, Mahasiswa Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam testimoninya sebagai salah satu tim EPT di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Farah yang ikut dalam tim “EPT 2018” bersama dua rekan mahasiswa lainnya beserta tim PLN mendapat wilayah survei di pedalaman Mimika, Timika. Beratnya medan jelajah di Papua dialami Farah dan rekan-rekannya.
Untuk menuju lokasi, harus menempuh perjalanan laut dengan kapal kecil selama Sembilan jam, menembus ombak besar yang sewaktu-waktu bisa membalikkan kapal. Survei yang dilakukan Farah meliputi penghitungan jumlah penduduk yang harus dilayani, pengukuran luas lahan dan bidang tanah sebagai lokasi penempatan instalasi listrik serta kondisi medan jelajah.
Kendala lain yang rawan adalah sensitivitas suhu politik setempat. Bahkan Farah merasakan atmosfer tersebut saat bertugas sebulan di sana. “Permasalahan mikro dalam hal pasokan listrik yang belum bisa memenuhi kebutuhan lapangan, bisa menyeret menjadi masalah serius dalam rasa keadilan berbangsa,” ujarnya.
Menurut Farah, perlu kearifan lokal untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat. Utamanya, untuk menjelaskan bahwa PLN tidak mungkin serempak melistriki semua daerah.
Executive Vice President Operasi Regional Maluku Papua (OR-MP), Indradi Setiawan, mengatakan, hasil survei tim EPT menjadi pembuka peta tentang berapa kapasitas listrik yang diperlukan untuk Papua. Serta program dan jenis pembangkit apa yang cocok untuk masing-masing lokasi. “Dari sana pula kami bisa menghitung keperluan SDM yang akan mengelola, serta bagaimana menyiapkan pembangunan dan materialnya,” ujar Indrahadi.