Paludikultur, Alternatif Pengembangan Lahan Gambut Berkelanjutan
SIAK, RIAU — Alternatif pengembangan lahan gambut berkelanjutan berbasis masyarakat dengan pendekatan paludikultur dikembangkan bekerja sama dengan berbagai pihak melalui demplot di kawasan yang berada di sekitar Taman Nasional (TN) Zamrud di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
“Lokasinya di Kampung Dayun, Kecamatan Dayun. Demplot seluas dua hektare yang dikelola di atas lahan gambut bekas terbakar ini sudah berjalan sejak tahun 2017,” kata Direktur Eksekutif Perkumpulan Elang, Janes Sinaga di Siak, Minggu (13/10/2019).
Pada Sabtu (12/10), ia beserta puluhan anggota rombongan peserta Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) 2019 — di mana Kabupaten Siak menjadi tuan rumah penyelenggara pada 10-13 Oktober 2019 — meninjau langsung Danau Zamrud di kawasan TN Zamrud seluas 31.480 ha, yang hampir seluruhnya berada di wilayah administrasi Desa Dayun.
Paludikultur, menurut Winrock Indonesia adalah budidaya tanaman tanpa drainase pada lahan gambut yang basah atau telah dilakukan pembasahan dengan memilih spesies rawa asli gambut, yang tidak hanya dapat memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga dapat menghasilkan biomassa (bahan biologis dari tanaman) yang akan berkontribusi pada pembentukan gambut dalam jangka panjang.
Menurut Janes Sinaga, Perkumpulan Elang bersama Sustainable Agriculture Responsibility (SAR) dan Winrock International telah mengembangkan program riset aksi paludikultur melalui pembuatan lokasi uji coba dan pengamatan demonstration plot (demplot) di kawasan gambut di Kampung Dayun.
Ia menjelaskan demplot tersebut dilakukan dengan menggabungkan penerapan prinsip-prinsip paludikultur dengan model “agroforestry” dan “polyculture” untuk keperluan teknis yang mendukung kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang karena melibatkan masyarakat yang ada di sekitarnya.