Pembelajaran Astronomi oleh Tuna Netra dengan Sonifikasi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Ketidakmampuan para tuna netra untuk mempelajari sesuatu hal, biasanya terhalang oleh ketidakmampuan mereka untuk memahami objek hanya dengan mendengarnya. Tapi dengan bantuan teknologi sonifikasi, para tuna netra, terutama di bidang sains bisa memahami hanya dengan melalui suara yang mereka dengar.
Teknologi sonifikasi adalah pemberian energi gelombang pada suatu benda dan menterjemahkannya dalam bentuk bunyi untuk menghasilkan pencitraan berdasarkan tinggi rendah nada yang dihasilkan.
Kepala Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan, Yudhyakto Pramudya, PhD menyampaikan teknologi sonifikasi ini juga sudah dimanfaatkan untuk bidang keilmuan astronomi.
“Dengan sonifikasi, para penderita tuna netra akan mendapatkan gambaran dari bunyi yang mereka terima,” kata Yudhy saat FGD di Planetarium dan Observatorium Jakarta, Sabtu (19/10/2019).
Contohnya, dengan menggunakan sonifikasi maka akan diketahui suatu pergerakan berbentuk linear atau data kuadratik yang berbasis pada sumbu x dan y.
“Kalau kita misalkan anak tangga itu dengan frekuensi nada dan setiap anak tangga naik akan menaikkan nadanya atau pitch, maka akan tersampaikan suatu informasi apakah bentuknya linear atau kurva,” ujar Yudhy.
Jadi, dengan peningkatan pitch atau nada ini maka akan muncul gambaran bahwa bunyi tersebut akan membentuk gambaran linear.
“Begitu juga dengan proses “melihat” kurva cahaya. Jadi pitch akan membentuk nada mulai rendah hingga tinggi pada angka tertentu dan menurun lagi. Terbentuklah pemahaman kurva,” papar Yudhy.
Untuk masuk dalam proses pembelajaran, maka dibutuhkan signifikansi untuk menerjemahkan secara ekstrem.