Wali Kota Malang: Kayutangan tak Sama dengan Braga dan Malioboro

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MALANG – Setelah dideklarasikan sebagai ibu kota cagar budaya Malang raya, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang akan menjadikan kawasan heritage Kayutangan, menjadi salah satu kawasan wisata heritage andalan di Malang melebihi kawasan Braga di Bandung dan Malioboro di Yogyakarta.

“Pada tahun 2020 diharapkan pembangunan kawasan heritage Kayutangan sudah selesai. Kawasan Kayutangan ini nantinya tidak seperti Braga atau Malioboro tapi lebih baik, karena disana nantinya IT semua. Transaksinya pakai e money, tidak pakai transaksi uang. Tidak ada PKL karena akan kami tempatkan di Ramayana,” jelas Walikota Malang, Sutiaji, saat menjadi pembicara pada International Conference Of Hunian 2019 – Heritage & Culture in Integrated Urban Context di Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB), Kamis (24/10/2019).

Walikota Malang, Sutiaji, saat menjadi pembicara pada International Conference Of Hunian 2019 – Heritage & Culture in Integrated Urban Context di Gedung Dekanat Fakultas Teknik UB, Kamis (24/10/2019). Foto: Agus Nurchaliq

Ia juga ingin kota Malang menjadi kota kreatif sehingga harus beda dengan daerah lainnya.

Untuk menguatkan penerapan IT, jaringan wifi di kawasan Kayutangan akan diperkuat. Kemudian para turis yang ingin ke Bromo tidak usah menunggu di tempat lain, karena Kayutangan akan ada kafe untuk menunggu waktu.

Nantinya kawasan Kayutangan juga tidak lagi menggunakan dua jalur tapi jadi satu jalur, sehingga median tengah jalan akan dihilangkan.

“Koridor juga kita kuatkan. Di DED 2020, bundaran di Balikota akan diganti aspalnya sampai ke stasiun, sambung lagi nanti ke Kayutangan. Jadi Kayutangan nanti yang menuju jalan Kahuripan itu sampai ke Balaikota, ini juga kita ganti aspalnya,” sebutnya.

Lihat juga...