BATAN Siapkan Produk Radiofarmaka Iodium 131
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) tengah mempersiapkan peluncuran produk radiofarmaka terbaru, Iodium 131. Produk ini, selain meningkatkan share radiofarmaka Indonesia, juga akan membantu para penderita kanker.
Kepala Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Dr. Rohadi Awaludin, mengemukakan, produk radiofarmaka yang paling banyak digunakan di dunia adalah Iodium 131, sebagai terapi paliatif kanker tiroid. Selain karena memiliki emisi beta dan gamma, Iodium memiliki paruh waktu yang panjang, yaitu 8,05 hari.
Menurut data, Iodium memiliki emisi partikel beta maksimal 0,61 MeV dengan rata-rata energi sebesar 0,92 MeV, dengan kemampuan menembus jaringan ketebalan 0,8 mm. Radiasi gamma-nya menghasilkan energi 364 KeV.
Di Indonesia, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dalam Perka Bapeten No. 17/ 2012, menyatakan batasan untuk Iodium 131 adalah 1.100 MBA atau 30 mCi untuk pasien bersosialisasi atau meninggalkan rumah sakit.
“Saat ini, penelitian dan pengembangan Iodium sudah mulai dilakukan di BATAN. Prosesnya saat ini menuju ke izin edar. Kalau tahun depan bisa keluar izin edarnya, Iodium 131 ini akan bisa meningkatkan jumlah share radiofarmaka Indonesia,” kata Rohadi, saat ditemui di Gedung PTRR BATAN, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (11/11/2019).
Selain itu, inovasi ini juga akan menurunkan jumlah impor pada produk Iodium sebagai terapi paliatif kanker tiroid.
Rohadi menjelaskan, bahwa Iodium 131 didapatkan dari Telorium Oksida yang diradiasi dengan neutron di reaktor Siwabessy, yang menghasilkan Telorium 131.