Bulan Mati Berdampak Positif pada Hasil Tangkapan Teri

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sisanya sekitar 30 cekeng disetorkan kepada produsen pengawetan ikan teri dengan cara direbus. Dibeli dengan harga Rp280.000 per cekeng dengan rata-rata seberat 15 kilogram ia bisa mendapat keuntungan.

Sobri, pemilik usaha pengawetan ikan teri di Muara Piluk, Bakauheni menyebut saat melimpah hasil tangkapan ia memproduksi 600 kilogram ikan teri. Ikan teri tersebut diperoleh dari sebanyak 40 cekeng hasil tangkapan nelayan bagan congkel.

Sobri, pemilik usaha pengawetan ikan teri,ikan asin, cumi asin, mendapatkan bahan baku melimpah saat kondisi cuaca membaik dan bulan mati yang bagus untuk aktivitas nelayan mencari ikan di perairan Selat Sunda, Sabtu (30/11/2019) – Foto: Henk Widi

Sebagian ikan yang direbus merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Bakauheni, Ketapang. Ikan teri yang ditangkap sebagian tercampur dengan ikan japuh, cumi dan selar.

“Semua jenis ikan yang diawetkan dengan proses pengeringan memiliki nilai jual tinggi karena usaha kuliner semakin banyak,” ungkap Sobri.

Sebanyak 600 kilogram ikan teri yang dibeli dari nelayan sebagian tercampur dengan ikan lain. Jenis cumi-cumi, selar dan ikan japuh akan disortir dan dipisahkan sesuai dengan jenisnya.

Khusus untuk ikan teri jengki yang diawetkan dengan perebusan memakai garam dijual seharga Rp40.000 per kilogram. Ikan selar, japuh, petek dijual Rp35.000 per kilogram dan cumi cumi Rp65.000 per kilogram.

Pembeli jenis-jenis ikan yang diawetkan tersebut menurut Sobri dominan pemilik usaha kuliner. Sejumlah pemilik usaha restoran, warung makan kerap membeli ikan teri kering rata-rata 40 kilogram per pekan.

Lihat juga...