Cara Tradisional dan Alami Petani di Lampung Selatan Tangani OPT
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Petani di sejumlah desa di Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan memanfaatkan cara tradisional, untuk meminimalisir Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Anjari, salah satu petani pemilik lahan sawah di Desa Ruang Tengah menyebut, sebagian petani menanam bunga refugia untuk mengusir OPT. Bunga refugia merupakan bunga warna warni, yang ditanam sebagai habitat alami serangga predator. Sejumlah serangga predator seperti lebah, capung dan sejumlah musuh alami OPT pada padi, hinggap di tanaman refugia. Jenis refugia yang ditanam meliputi keningkir, bunga matahari, bunga kertas, tanaman okra.
Tanaman yang menghasilkan bunga bersamaan dengan masa pertumbuhan padi, menjadi pilihan para petani. Berkat tanaman refugia di tanggul sawah, hama jenis wereng, sundep dan penggerek daun bisa diminimalisir. “Sebelumnya petani memilih memakai pestisida, namun karena penggunaan pestisida menghasilkan residu yang tidak baik untuk kesehatan, petani beralih pada cara tradisional, dan membutuhkan biaya yang murah,” ungkap Anjari kepada Cendana News, Sabtu (16/11/2019).
Hinggapnya predator alami pada OPT padi, diiringi dengan penggunaan cara tradisional meminimalisir hama. Seperti penggunaan tonggak pelepah kelapa kering, sebagai tempat meletakkan keong mas dan kepiting. Aroma amis dari kedua jenis binatang air yang sudah mati bisa menarik hama lembing dan walang sangit.
Saat lembing dan walang sangit hinggap ia akan memusnahkan hama tersebut dengan memendamnya dalam lumpur sawah. Selain itu juga dilakukan upaya melindungi burung sebagai predator alami. Burung hantu yang dikenal sebagai hewan pencari tikus bisa digunakan sebagai pengurang hama. Selain burung hantu sebagian petani menerapkan pola pemakaian daun pepaya, daun talas untuk mengumpulkan keong mas. “Sejak masa awal tanam tekhnik pengurangan hama pada padi dilakukan dengan meminimalisir bahan kimia,” tegas Anjari.