Dua Bulan Berturut-Turut Kota Malang Alami Deflasi
Editor: Mahadeva
MALANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Malang menyebut, kota Malang kembali mencatatkan deflasi. Hal itu tercatat telah terjadi selama dua bulan berturut-turut, yakni di September sebesar -0,03 persen dan Oktober 2019 sebesar -0,04 persen.
Dari delapan kota di Jawa Timur, tercatat ada tiga kota yang mengalami deflasi di Oktober tahun ini. Deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar -0,09 persen, diikuti Surabaya sebesar -0,08 persen, dan Malang sebesar -0,04 persen.
“Rilis inflasi pada Oktober 2019, kota Malang masih mencatat deflasi sebesar -0,04. Angka tersebut merupakan deflasi ketiga terendah setelah Banyuwangi dan Surabaya,” jelas kepala BPS kota Malang, Sunaryo, Jumat (1/11/2109).
Sunaryo, penyebab deflasi di kota Malang adalah penurunan indeks harga konsumen, atau penurunan harga pada kelompok bahan makanan. Terutama penurunan harga telur ayam ras, cabai rawit, daging ayam ras, pisang, bawang merah, bawang putih, kacang panjang, daging ayam kampung dan jagung.
Tercatat, kelompok komoditas sandang, emas perhiasan juga mengalami penurunan harga. “Telur ayam ras turun 9,16 persen, dan cabai rawit turun 16,54 persen. Keduanya memberikan andil paling besar terjadinya deflasi di kota Malang yakni sebesar -0,0655 persen. Sedangkan emas perhiasan mengalami penurunan harga sebesar 2,46 persen dengan andil -0,0412 persen,” imbuhnya.
Tidak adanya kenaikan harga dengan andil yang stabil di kelompok bahan makanan, justru menandakan ketersediaan atas bahan pokok terjaga dengan baik. Hal inilah yang perlu dipertahankan hingga akhir tahun. Sunaryo menyebut, jika dilihat pola inflasi di bulan yang sama tahun lalu, maka di November dan Desember cenderung mengalami kenaikan harga atau terjadi inflasi.