Investasi Sumur Bor, Alternatif Petani di Lamsel

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Petani lain bernama Mamat memilih membuat sumur bor dengan diameter 2 inchi secara swadaya. Pembuatan sumur bor secara swadaya menurutnya menjadi cara ia bisa mendapat pasokan air untuk tanaman pertanian dan kebutuhan air bersih.

Mamat menyebut investasi dalam bentuk sumur bor berkedalaman 40 meter menghabiskan biaya Rp15 juta. Biaya tersebut digunakan untuk jasa pengeboran, instalasi dan listrik untuk daya mesin submersible.

Debit air yang lancar menurutnya bisa dimanfaatkan untuk menanam sayuran dan menyirami sejumlah tanaman pisang. Meski membuat sumur bor dengan cara swadaya ia tidak harus kesulitan mendapat pasokan air.

“Semula memanfaatkan mesin sedot dari sungai Tuba Mati, setelah dikalkukasi lebih hemat sumur bor karena investasi bisa dipakai jangka panjang,” ungkap Mamat.

Hal yang sama diungkapkan Astoko dan Wawan di Desa Pasuruan yang mulai membuat sumur bor pada awal November. Butuh waktu sehari membuat sumur bor memakai mesin khusus pada kedalaman 30 meter.

Kondisi tanah yang berbatu membuat sejumlah sumur bor memiliki kedalaman beragam. Pembuatan sumur bor pada halaman rumah dengan kedalaman 30 meter ia bisa mendapatkan air bersih yang lancar.

“Semula pembuatan sumur bor dilakukan untuk pasokan kolam ikan, kini lancar bisa untuk menyiram tanaman dan air bersih,” tutur Astoko.

Ia membutuhkan biaya sekitar Rp10 juta untuk memiliki sumur bor yang dipompa dengan mesin submersible. Biaya yang terbilang mahal diakuinya lebih hemat dibanding harus membeli air dengan tandon seharga Rp100.000 berkapasitas 1000 liter.

Selain Astoko, pemilik lahan pertanian untuk sayuran bernama Wawan menggunakan jasa suntik sumur.

Lihat juga...