Sebagian Besar Pekerja di Sulut Hanya Lulusan SMP dan SD
MANADO – Sebagian besar pekerja di Provinsi Sulawesi Utara merupakan tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah atau Sekolah Dasar (SD).
Sementara, untuk pekerja dengan pendidikan SMA sederajat ada sekitar sepertiga dari total pekerja. Dan persentase terkecil adalah mereka yang berpendidikan tinggi (Diploma/Sarjana). “Saat ini, sebagian besar pekerja di Sulut berpendidikan rendah yakni tamatan SMP ke bawah,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dr Ateng Hartono, Kamis (14/11/2019).
Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan menengah dan tinggi, masing-masing naik 0,58 poin dan 1,11 poin. Sementara persentase penduduk bekerja yang berpendidikan rendah turun 1,69 poin. Sehingga, terlihat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebagai indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja, tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja.
TPT pada Agustus 2019 sebesar 6,25 persen, turun 0,61 poin dalam setahun terakhir. Dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding di perdesaan. Bila dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun lalu, TPT baik di perkotaan maupun di perdesaan mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan didorong oleh adanya fenomena siklus tiga tahunan panen raya cengkih, yang biasa terjadi di Agustus. Kegiatan tersebut banyak menyerap tenaga kerja, terutama di sentra-sentra cengkih di Sulawesi Utara.
Sementara dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tertinggi kedua adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMA dan SMK. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dilihat dari TPT SD ke bawah terendah diantara semua tingkat pendidikan.