Survei PSG Menyebut, 10.000 Anak di Paser Menderita Stunting
SAMARINDA – Berdasarkan survei Pemantauan Status Gizi (PSG), di 2017, terdapat 10.000 anak di Kabupaten Paser menderita stunting. Hasil dari survei menyebut, jumlahnya setara dengan 31,8 persen dari 34.000 anak di Paser, atau sekitar 10.812 anak.
Mereka mengalami kondisi gagal tumbuh, akibat kekurangan gizi kronis. Utamanya pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Padahal di 2016, angka stunting di Paser jauh lebih rendah yakni hanya 24,6 persen. “Hasil survei Pemantauan Status Gizi, pada 2016 ditemukan angka anak menderita stunting sebesar 24,6 persen. Sementara di 2017, ditemukan sekitar 31,8 persen anak di Paser menderita stunting. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi nasional sebesar 28 persen,” kata Staf Ahli Bupati Paser Bidang Kesra, Boy Susanto, saat membuka acara sosialisasi dan advokasi stuntingyang menghadirkan tenaga ahli Pembangunan Daerah Kemendagri Novel Abdul Gofur.
Boy menyebut, dari 139 desa di Paser, Desa Bente Tualan di Kecamatan Long Kali, tercatat memiliki angka stunting tertinggi. Di daerah tersebut terdapat 199 anak menderita stunting. “Mohon desa ini menjadi perhatian semua pihak,” kata Boy.
Sosialisasi digelar, untuk menyamakan persepsi semua pihak dalam pencegahan stunting. “Untuk itu, mari kita bersama-sama mengentaskan masalah stunting ini. Mulai dari level keluarga untuk lebih memerhatikan asupan gizi,” kata Boy.
Boy mengatakan petugas kesehatan dan petugas di Posyandu, anggota PKK, perangkat desa, semuanya mempunyai peran untuk menyosialisasikan pentingnya asupan gizi untuk mencegah terjadinya stunting
Kepala Dinas Kesehatan Paser, Amir Faisol mengatakan, diperlukan kepedulian semua pihak untuk mencegah terjadinya stunting. Setiap OPD memiliki peran untuk mencegah penyakit tersebut. “Misal Dinas PU penyediaan air bersihnya, Dinas Ketahanan Pangan keamanan penyediaan makanan di tingkat rumah tangga, PMD pemberdayaan masyarakat desa, begitu juga dengan perangkat desa dan pendamping desa,” kata Amir Faisol.