Tengkorak
CERPEN ARIANTO ADIPURWANTO
CANGKUL salah seorang dari beberapa laki-laki yang sedang menggali tanah untuk membuat bata, pagi ini, membentur benda keras. Siapa pun dari mereka tidak akan percaya pada apa yang mereka lihat selanjutnya.
Mereka menemukan sebuah tengkorak yang jelas sekali tengkorak manusia. Dalam beberapa saat, mereka seperti melihat masih ada nyawa menghuni tengkorak itu. Sebelum akhirnya tengkorak itu tampak tidak lebih dari sekadar rumah-rumahan semut.
Mendengar keributan, Puq Banguq yang pekerjaan sehari-harinya hanya berkeliling kampung mendekat dengan terbungkuk-bungkuk.
Ketika ia melihat apa yang tergeletak di dasar lubang, ia tidak sedikit pun beranjak, seakan-akan pemandangan yang ia lihat adalah tujuan ia berkeliling selama ini.
Setelah Puq Banguq, datang seorang yang berjalan terpincang-pincang. Ia juga setiap hari selalu berkeliling kampung, namun ia punya tujuan jelas. Ia mencari sendal-sendal bekas untuk membuat mainan.
Bagaimanapun, ia tidak bisa melakukan pekerjaan yang lebih berat daripada membuat mobil-mobilan dari sendal bekas dan menyambung hidup dari itu. Ketika melihat banyak orang berdiri dan tampak keheranan, ia langsung mendekat.
Sesuatu yang sering ia angan-angankan di sebagian besar waktu kosongnya menyerbu kepalanya. Ia membayangkan ada sendal raksasa di tengah-tengah para warga itu. Maka ia mempercepat langkah, sampai terlihat ia telah sembuh dari pincangnya.
Hampir saja ia terperosok ke dalam lubang ketika sepasang matanya melihat sesuatu yang tidak pernah ia lihat selama hidupnya namun sangat ia kenal itu.
“Timbun!” teriaknya. Keras sekali.
“Jangan!” tolak Puq Banguq.