Tradisi Hantaran Mas Kawin Suku Biak, Kekayaan Warisan Budaya Papua
Uniknya, bersamaan dengan pembayaran mas kawin, dilakukan proses adat dari keluarga besar keret bersangkutan. Dengan diiringi Tarian Wor, mereka datang membawa bendera merah putih menuju rumah keluarga istri. Dalam tradisi adat, ketika ada keluarga laki-laki membayar mas kawin, maka keluarga perempuan akan menerima kedatangan dengan menyuguhkan beragam makanan dan minuman bernuansa adat suku Biak.
Yang disajikan diantaranya, pinang, sirih, keladi, sagu dan makanan beserta lauk pauknya. Pembayaran mahar diharapkan menjadi penanda awal ke-dua keluarga bersatu menjadi satu ikatan keluarga yang kuat, memegang adat istiadat dalam menapak kehidupan bersama. “Ketika ikatan perkawinan antara laki-laki dan perempuan sudah berlangsung, namun si istri tetap saja akan menerima pembayaran mas kawin secara adat dari suami. Ya tradisi semacam ini pasti akan dilakukan setiap keluarga suami karena telah menjadi budaya adat Biak,” tambahnya,
Pemerhati budaya dan pendidik di Biak, Wenand Rumbarar, mengatakan, kebiasaan tradisi membayar mas kawin menjadi cerminan kekayaan budaya asli orang Papua. “Budaya masyarakat adat suku Biak dengan membayar mas kawin kepada keluarga perempuan merupakan tradisi warisan nenek moyang yang juga bagian dari kekayaan Nusantara bangsa Indonesia supaya terus terjaga hingga saat ini,” ujarnya.
Wenand menyebut, sehebat apapun kemajuan teknologi dan modernisasi yang berkembang di tengah masyarakat, mengantar mas kawin bagi suku adat Biak masih tetap dilakukan. Hal itu sudah menjadi adat turun temurun yang dilestarikan. Membayar mas kawin dengan membawa berbagai jenis piring adat, guci hingga uang, bukan untuk merendahkan martabat keluarga perempuan sebagai penerima. Tetapi sudah menjadi kewajiban suami ketika akan menyatukan diri menjadi satu ikatan keluarga perkawinan.