Usaha Kecil Berbasis Singkong Beri Keuntungan Berlipat
Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo
LAMPUNG — Rantai usaha yang saling mendukung mulai dari petani, pengolah hingga pedagang kuiner membuat usaha kecil berbasis singkong tetap bertahan di Lampung Timur (Lamtim). Salah satunya panganan beras tiwul yang hingga kini mampu bertahan dengan lancarnya bahan baku.
Sumirah, warga Desa Mekarsari Kecamatan Pasir sakti, Lamtim menyebut sudah memproduksi tiwul sejak puluhan tahun silam. Usaha tersebut bertahan karena rantai usaha berkelanjutan.
“Bahan baku singkong Thailand atau UJ-3 yang ditanam petani bisa dipanen saat usia 9 bulan. Bagi sebagian petani nilai jual per kilogram Rp1.000 dapat dijual lebih tinggi setelah diolah menjadi kerupuk opak, manggleng dan berbagai kuliner,” ungkap Sumirah saat dikonfirmasi Cendana News, Selasa (5/11/2019).
Potensi bahan baku yang melimpah, warisan keahlian pengolahan menjadi produk turunan kuliner membuat berproduksi. Sebanyak 500 kilogram bahan baku singkong bisa menjadi sebanyak 450 kilogram beras tiwul.
“Proses penyusutan selama pengeringan, penyortiran serat membuat produk bersih akan berkurang. Hasil produksi beras tiwul selanjutnya akan dikemas seperti beras padi,” sebutnya.
Perkilogram beras tiwul dijual seharga Rp10.000 atau Rpq100.000 per karung. Permintaan yang berkelanjutan dari pemilik usaha kuliner warung makan, pedagang pasar, pedagang kaki lima dan pengecer membuat disribusi lancar.
“Pembeli umumnya akan menelpon untuk dikirim atau bisa datang ke rumah jika stok yang akan dijual habis,” tutur Sumirah.
Menekuni usaha berbasis singkong di Lamtim dengan membuat beras tiwul disebut Sumirah sangat prospektif. Sebab tren konsumsi nasi tiwul menjadi beragam olahan termasuk produk olahan lain masih dilestarikan masyarakat.