Permintaan Tenggok Berbahan Bambu di Lamsel, Meningkat

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Akhir tahun ini, sejumlah perajin bambu seperti pembuat tenggok dan cekeng di Lampung Selatan, mengaku mengalami kenaikan permintaan.

Sugio, perajin tenggok berbahan bambu di desa Pasuruan, Penengahan, menyebut, pesanan tenggok datang dar para nelayan, petani dan pedagang. Bagi nelayan, wadah tenggok dipakai untuk wadah ikan di tempat pelelangan ikan dan tempat pembuatan teri, ikan asin rebus.

Menurutnya, tenggok berbagai ukuran dan cekeng dipilih karena lebih awet, bisa digunakan maksimal hingga enam bulan lebih. Permintaan tenggok dan cekeng baru kerap dipergunakan oleh nelayan untuk mengganti wadah yang rusak. Memasuki awal tahun, sebagian nelayan dan produsen teri serta ikan asin rebus kerap mengganti wadah baru.

Meningkatnya permintaan membuat Sugio memproduksi tenggok dan cekeng dalam jumlah banyak. Sejak awal November, ia telah membuat ratusan tenggok dan cekeng. Sebagian nelayan kerap memesan sekitar 100 hingga 200 tenggok, dan sekitar 300 hingga 500 cekeng ukuran kecil. Saat permintaan meningkat, ia dibantu anggota keluarga.

Januri,pembuat teri dan ikan asin rebus, salah satu pengguna cekeng bambu di wilayah Penengahan, Lampung Selatan, Selasa (24/12/2019). -Foto: Henk Widi

“Tenggok dan cekeng banyak digunakan untuk kebutuhan petani sebagai wadah hasil pertanian, wadah ikan bagi nelayan, sehingga permintaan rutin saya penuhi dengan jumlah terbanyak saat akhir tahun,” ungkap Sugio di rumahnya, saat ditemui Cendana News, Selasa (24/12/2019).

Sugio berbagi tugas untuk memenuhi permintaan yang meningkat. Bersama istri dan dua anaknya, ia menyiapkan sejumlah pola anyaman yang akan diteruskan hingga terbentuk cekeng dan tenggok. Pola anyaman yang sudah disediakan mempermudah dan mempercepat pembuatan tenggok dan cekeng. Anyaman yang dibuat saat pesanan banyak, bahkan kerap dibantu oleh kerabat.

Lihat juga...