Petani Kakao di Ende Masih Belum Gunakan Teknologi

Editor: Makmun Hidayat

MAUMERE — Penanaman kakao di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah berlangsung sejak tahun 1990-an. Banyak pohon kakao di wilayah ini sudah berumur tua sehingga perlu dilakukan peremajaan.


Maria Patrisia Wata Beribe, pendamping petani dari LSM Rikolto, saat ditemui di kebun kakao Desa Rukuramba, Nangapanda, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (3/12/2019). -Foto: Ebed de Rosary

Namun para petani kakao masih belum mau menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil produksi kakaonya meskipun pendampingan sering dilakukan oleh berbagai lembaga.

“Petugas kami sering turun memberikan pelatihan bahkan mengajak petani untuk mengembangkan pola pertanian modern, namun masih banyak petani yang belum mau menerapkannya,” kata Maria Patrisia Wata Beribe, pendamping petani dari LSM Rikolto, Selasa (3/12/2019).

Is sapaannya mengatakan, banyak pohon kakao yang sudah tidak produktif karena berumur di atas 25 tahun bahkan ada yang berumur 30 tahun masih tetap dibiarkan.

Petani sebutnya beralasan mereka masih sayang untuk menebang dan menggantinya dengan kakao bibit unggul karena pohonnya masih berbuah meskipun ukuran buahnya kecil.

“Padahal kami juga menyediakan kakao klon unggul baik yang berasal dari Sulawesi maupun Jawa yang bisa ditanam di Kabupaten Ende. Kami menyarankan agar ditanam dulu dan kalau sudah berbuah baru pohon lama ditebang,” tuturnya.

Rikolto juga sebut Is mengajarkan petani teknologi sambung pucuk dan sambung samping namun hanya sebagian kecil petani kakao saja yang mau menerapkannya dan berhasil.

Lihat juga...