Wali Kota Malang Ajak Masyarakat Mencintai Akar Budaya Indonesia

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MALANG – Berbagai kesenian khas Indonesia khususnya Malang ditampilkan dalam gelaran ‘Kios Djadoel Parade Boedaya Malangan’.

Reog Ponorogo, Bantengan, dan seni Kuda Lumping turut meramaikan kegiatan yang digagas oleh warga bersama komunitas seni se-Malang raya.

Wali Kota Malang, Sutiaji, mengatakan Malang sebagai miniatur Indonesia memiliki segudang kesenian dan budaya. Hanya saja saat ini masyarakat memiliki kegelisahan terkait akar budaya yang sudah mulai tergerus oleh budaya-budaya modern.

Walikota Malang, Sutiaji dan ketua panitia, Andrianto menjelaskan terkait kegiatan ‘Kios Djadoel Parade Boedaya Malangan’ di Vila Bukit Tidar, Rabu (25/12/2019). Foto: Agus Nurchaliq

“Oleh karenanya melalui kegiatan ini masyarakat ingin kembali mengangkat akar budaya Indonesia. Kami terus mendorong dan mengapresiasi setiap masyarakat menginisiasi sekaligus memprakarsai adanya event budaya seperti ini,” terangnya saat membuka acara ‘Kios Djadoel Parade Boedaya Malangan’ di Vila Bukit Tidar, Rabu (25/12/2819).

Indonesia memang terbuka untuk akulturasi budaya. Akan tetapi dengan akulturasi budaya tersebut, tidak akan pernah membuat masyarakat rela kehilangan akar budaya asli Indonesia.

Pasalnya, Indonesia memiliki ratusan ribu kesenian yang jika mampu dikembangkan akan bisa menjadi ciri khas yang tidak dimiliki oleh negara lain. Salah satunya Reog Ponorogo yang sempat diakui oleh negara tetangga, yang mana sesungguhnya itu merupakan akar budaya Indonesia utamanya Jawa Timur.

“Kami titipkan pesan kepada masyarakat khususnya budayawan yang selalu meng-uri uri untuk terus bangga dan menjaga akar budaya Indonesia agar tidak hilang. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mempertahankannya,” tuturnya.

Lihat juga...