Lilin Merah Simbol Pengharapan di Tahun Baru Imlek
Editor: Koko Triarko
Mamat, salah satu petugas Vihara Ciang Cin Miao atau Vihara Senopati, mengaku sudah bertugas sejak lima tahun silam. Setiap hari, ia menjaga lilin tetap menyala. Ia juga harus membersihkan lelehan lilin. Sebagian besar lilin, menurutnya memiliki ketinggian hingga 1,6 meter.
“Lilin yang dinyalakan sesuai nama setiap keluarga, memiliki ketebalan lapisan yang berbeda, sehingga harus rutin dibersihkan termasuk debu hio,” cetus Mamat.
Mamat menyebut, lelehan lilin akan dibersihkan dengan scrap, dikumpulkan untuk selanjutnya bisa dicetak kembali. Ia juga kerap menggunakan gunting membersihkan bagian lilin yang meleleh. Cara tersebut dilakukan agar lilin awet. Sebagai petugas, ia kerap mendapatkan angpao berisi uang dari jemaat yang bersembahyang selain dari pengurus Vihara.
Stevany Chong, salah satu jemaat yang berdoa, mengaku menyalakan lilin seberat 500 kati. Lilin tersebut dibeli dengan harga Rp5 juta sepasang. Lilin akan menyala hingga tiga bulan ke depan atau lebih cepat. Menyalakan lilin, menurutnya akan menjadi simbol terang dalam menjalani tahun baru Imlek memasuki shio Tikus Logam.
Ia berharap, pada tahun yang baru diberi berkah disimbolkan dengan berdoa dan menyalakan lilin. Semangat menyambut tahun baru dilakukan dengan berdoa di Vihara, saat malam Imlek hingga ke perayaan Cap Go Meh, mendatang.
Ia menyebut, hujan yang deras menjadi harapan kemakmuran dan kesejahteraan pada tahun baru.