Nelayan di Sikka Minta Pembangunan Kolam Labuh
Editor: Makmun Hidayat
MAUMERE — Nelayan di Sikka Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta agar dibuatkan kolam labuh untuk mencegah rusaknya perahu nelayan akibat dihempas gelombang saat musim angin kencang setiap tahun sejak bulan Desember hingga Februari.
Pembuatan kolam labuh penting agar para nelayan tidak perlu repot mencari tempat menambatkan perahunya terutama nelayan di kota Maumere dan sekitarnya yang tidak lagi memiliki pesisir pantai.
“Dulu kami bisa membawa perahu kami ke darat saat musim angin kencang dan gelombang tinggi. Tapi sekarang sudah tidak bisa dilakukan lagi,” kata Fredinandus Nong, nelayan di Kelurahan Waioti, kota Maumere, Sikka , Senin (13/1/2020).
Fredinandus menyebutkan, para nelayan kesulitan menambatkan perahu karena di sepanjang pantai di kota Maumere telah dibangun turap pengaman pantai sehingga tidak ada lagi pesisir pantai.
Bahkan nelayan di bagian timur kota Maumere harus mencari pesisir pantai di wilayah lain yang belum ada turap pengaman pantai agar bisa menarik perahu mereka ke daratan meskupun harus merogoh kocek untuk sewa tempat.
“Di Desa Habi kami harus membayar sewa Rp25 ribu untuk menambatkan perahu saat musim badai. Makanya kami meminta agar dibangun kolam labuh agar bisa dekat dengan rumah kami,” harapnya.
Di Desa Habi, kata Fredinandus, hanya tinggal beberapa meter saja lahan di pesisir pantai yang terdapat pasir sementara wilayah lainnya sudah dipenuhi tembok beton atau turap pengaman pantai.