Penanaman Tepat Waktu Jagung, Atasi Hama Ulat Grayak
Editor: Makmun Hidayat
Soleh, petani yang mengalami serangan ulat grayak pada lahan jagung seluas dua hektare mengaku mengandalkan insektisida kontak. Warga Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan itu menyebut mengandalkan obat Meteodan Dexapenzo. Penyemprotan dilakukan pagi hari dan sore mengurangi populasi hama ulat grayak yang bersumber dari kupu kupu yang bertelur.
“Lahan seluas dua hektare diserang hama ulat grayak sebagian rusak jika tidak segera diatasi dengan obat kimia,” beber Soleh.
Menanam bibit sebanyak 40 kilogram ia menyebut musim tanam sebelumnya mendapat hasil 600 karung. Saat ada serangan ulat grayak pada masa pemupukan kedua ia memastikan hasil akan menurun. Penanganan hama ulat grayak dengan cara manual disebutnya kurang efektif karena luasnya lahan. Selain itu ia menyebut masa tanam yang tidak serentak membuat populasi ulat grayak cukup banyak.
Hama ulat grayak menyerang pada daun, batang berimbas kerusakan. Imbasnya sejumlah tanaman tidak tumbuh secara maksimal. Meski telah dilakukan penyemprotan dengan insektisida kontal ia memastikan produksi bisa berkurang. Serangan hama ulat grayak disebutnya berimbas biaya perawatan lebih banyak karena harus membeli insektisida dan herbisida pemusnah gulma.
Penanganan serangan diakuinya terus dilakukan menyelamatkan tanaman jagung usia satu bulan miliknya. Selain hama ulat grayak musim penghujan mengakibatkan pertumbuhan gulma rumput cukup pesat. Selain penanganan dengan herbisida ia rutin mencabut rumput yang belum disemprot untuk dijadikan sebagai pakan ternak. Sebab sebagian rumput yang ada menjadi tempat naungan kupu kupu inang ulat grayak.