Penghujan Hambat Pengeringan Ikan Asin-Teri Rebus di Bakauheni

Editor: Makmun Hidayat

Ambo Ajak menyebut ratusan para para bambu yang dipakai untuk menjemur ikan asin dan teri rebus menggunakan bambu. Penggunaan bambu mempermudah proses pengangkatan saat hujan turun. Setiap para para bambu menurutnya bisa digunakan untuk menjemur sekitar 5 hingga 7 kilogram ikan asin dan teri rebus. Setelah kering pekerja melakukan proses penyortiran untuk pengemasan.

Meski hujan kerap turun Ambo Ajak menyebut belum memiliki keinginan untuk membuat tempat pengeringan dal ruangan. Sebab modal pembuatan ikan asin dan teri rebus dalam ruangan (indoor) cukup mahal. Selama ini proses pengeringan memakai sinar matahari menjadi pilihan bagi produsen ikan asin dan teri rebus. Selain efesien, pengeringan dengan sinar matahari lebih murah.

“Kendalanya saat penghujan harus dilakukan proses pengangkatan dan penutupan dengan plastik terpal agar tidak basah,” ungkap Ambo Ajak.

Andi, salah satu pekerja di tempat pembuatan ikan asin dan teri rebus milik Ambo Ajak di Dusun Pegantungan Desa Bakauheni, Lampung Selatan, Selasa (7/12020). -Foto: Henk Widi

Andi, salah satu pekerja menyebut saat ikan asin dan teri rebus kering, ia akan melakukan penyortiran. Proses penyortiran akan dilakukan untuk pemisahan sejumlah ikan asin dan teri rebus sesuai dengan jenis. Jenis ikan asin yang kerap diproduksi meliputi ikan japu, selar, parang, layur dan jenis ikan kembung. Semua jenis ikan tersebut akan dipisahkan setelah penjemuran sebab kerap tercampur dengan ikan teri.

“Ikan teri umumnya jenis jengki dan nasi namun terkadang tercampur dengan ikan asin sehingga harus dipisahkan saat kering,” beber Andi.

Lihat juga...