Sanggar Geumala Nanggroe Gelorakan Tarian Aceh di TMII

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sedangkan Jaroe, yakni berarti tangan. Sehingga Ratoh Jaroe memiliki arti memuji Allah SWT sambil bernyanyi, dengan memainkan tangan.

Dalam syair dilantunkan seperti misalnya Lale lale getano lale, hana jantate umuka tua, putih ngajanggot kuningan mise, hatomta combo tikamu sala, putih ngajanggot kuningan mise, hatomta combe tikamu sala.

Syair ini jelas Fauzan, mengandung filosofi keagamaan yang hakiki untuk mengingatkan kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, mesti ingat akan hari akherat.

“Syair lagu Lale yang mengiringi tari Ratoh Jaroe ini, mengingatkan manusia dalam sisi duniawi. Begitu lalai mereka tidak sadar usia berjalan sampai saat kumis sudah kuning dan putih. Tapi di usia itu tidak tahu bagaimana harumnya sajadah. Ini berkisah lalainya orang yang tidak mengingat akherat,” jelasnya.

Selain melatih menari, Fauzan juga selalu menjelaskan makna atau filosofi yang terkandung dalam tarian khas Aceh kepada peserta sanggar.

“Makna lagu Lale, saya jelaskan kepada mereka. Tujuannya agar mereka paham nilai-nilai agama,” imbuhnya.

Kembali dia menjelaskan, tari Ratoh Jaroe membangkitkan semangat para perempuan Aceh. Ini digambarkan dalam setiap gerakan seirama dengan teriakam yang meledak-ledak merupakan ekspresi semangat mereka.

Selain tari Ratoh Jaroe, Fauzan juga melatih tari Ratoh Pukat, tari persembahan dan lainnya. Dalam setiap gerakan, juga dijelaskan nilai-nilai budaya Aceh yang terkandung dalam tarian itu.

Peserta sanggar Geumala Nanggroe sedang latihan tari Ratoh Pukat dengan iringan alat musik rapa’i di panggung Anjungan Aceh TMII, Jakarta, Minggu (12/1/2020). Foto: Sri Sugiarti
Lihat juga...