Sanggar Geumala Nanggroe Gelorakan Tarian Aceh di TMII
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Menurutnya, tarian tradisional Aceh bersifat edukatif dan menghibur. Apalagi tarian ini juga sarat dengan syair-syair Islami yang didendangkan menggambarkan hubungan manusia dengan sang pencipta alam semesta.
Fauzan merasa bangga bisa melatih tari khas Aceh di TMII. Dia juga bangga melihat antusias anak-anak berlatih menari di Sanggar Geumala Nanggroe.
“Alhamdulillah mereka sangat menjiwai setiap gerakan tari yang diajarkan. Semoga mereka lebih mencintai budaya daerah, salah satunya tarian Aceh ini,” ujarnya.
Latihan tari Aceh ini terdiri dari berbagai tingkatan. Untuk tingkat dasar diajarkan tari Ratoh Jaroe, kemudian berlanjut tingkat berikutnya tari Persembahan. Berlanjut lagi tari Ratoh Pukat dan tarian khas Aceh lainnya.
Setiap tiga bulan sekali, mereka akan mengikuti ujian sebagai penilaian layak tidaknya mereka naik tingkat dalam berlatih tarian khas Aceh ini.
Dalam berbagai gelar seni mereka juga sering tampil tidak hanya di TMII, tapi juga di luar. Seperti pernah memeriahkan acara di Gelora Bung Karno, dan sebagainya juga lomba tari.
Fauzan bangga bisa melestarikan tarian khas Aceh di TMII. Menurutnya, TMII sebagai wahana pengembangan dan pelestarian budaya bangsa, dimana di setiap anjungan daerah terdapat diklat seni. Ini dalam upaya mempromosikan budaya daerah masing-masing di TMII.
Dia berharap generasi milenial akan banyak yang tertarik untuk belajar tari daerah di TMII. “Biasanya pengunjung jalan-jalan ke TMII, dan lihat kami latihan tertarik. Kami sangat senang mereka gabung, khususnya generasi milenial,” ujarnya.
Fauzan juga mengaku sangat bangga dengan sosok pendiri TMII, yaitu Raden Ayu Fatimah Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto.