Sanggar Geumala Nanggroe Gelorakan Tarian Aceh di TMII
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Pemikiran Ibu Tien Soeharto membangun TMII ini sangat luar biasa jauh ke depan dipikirkan dengan matang. Beliau sangat bertanggung jawab terhadap budaya Indonesia untuk dilestarikan. Sehingga orang tidak perlu datang ke Aceh atau Bali, bisa ke TMII melihat ragam budaya daerah tersebut,” ujar ayah tiga anak ini.
Fauzan berharap TMII ke depan terus berkembang dan jaya dalam inovasi gelaran seni budaya. Dia juga berkomitmen untuk terus melestarikan budaya Aceh di TMII, dengan melatih tari.
“Sebagai seorang seniman, saya bangga dan puas bisa mengajar nari di TMII. Saya berharap semoga tarian khas Aceh tumbuh berkembang di Jakarta. Oleh karena itu, saya akan memperkenalkan ragam tarian tradisi Aceh agar bisa dikenal seperti tarian daerah lain,” pungkas pria lulusan Seni Tari dari STSI Padang Panjang.
Untuk berlatih menari di sanggar ini diadakan setiap Minggu pukul 10.00-13.00 WIB. Adapun pendaftaran peserta dikenakan Rp 260.000, dengan rincian telah mendapatkan kaus seragam dan kartu masuk TMII bagi peserta dan orang tua.
“Kalau iuran bulanan dikenakan Rp 25 ribu per bulan,” ujarnya.
Rasendriya Sabella, salah satu peserta mengaku telah satu tahun setengah berlatih tari di sanggar Geumala Nanggroe ini.
Meskipun bukan orang Aceh, tapi dia mengaku sangat tertarik dengan tarian khas Aceh. “Saya ini orang Jawa, tapi tertarik belajar tari Aceh di sanggar ini. Dan sudah pernah beberapa kali tampil, seperti di Gelora Bung Karno,” kata Bella demikian panggilan Rasendriya Sabella kepada Cendana News, ditemui usai latihan.