Sinergi Kampung Dongeng dan Sekolah, Budayakan Cinta Mendongeng
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Kegiatan mendengarkan dongeng, membaca buku dongeng menjadi salah satu materi sehari belajar di luar kelas.
“Koleksi buku yang ada didominasi dengan buku penunjang akademik ada 6000 buku, tapi ratusan diantaranya buku dongeng,” cetus Topan Hariyono.
Sekolah disebutnya juga memiliki program membaca 15 menit sebelum belajar. Salah satu buku yang wajib dibaca meliputi buku dongeng dengan kewajiban siswa meresensi dan menceritakan ulang.
Cara tersebut dilakukan menumbuhkan kecintaan anak mendongeng. Tenaga didik juga diberi kesempatan mengikuti workshop mendongeng.
Ana Ventalensi, guru kelas 3 di sekolah itu menyebut membaca buku 15 menit menjadi cara siswa mencintai buku dongeng. Buku yang disiapkan menurutnya akan selalu diganti dengan buku yang baru dari perpustakaan.
Sejumlah koleksi buku yang terus ditambah menurutnya akan menjadi cara menarik minat siswa membaca buku.
“Siswa yang membaca buku dongeng saat sehari belajar di luar kelas diminta mendongeng dari buku yang pernah dibaca,” ungkap Ana Ventalensi.
Kegiatan membaca buku dongeng menurutnya sangat penting. Sebab di tengah minat anak-anak akan gawai buku dongeng masih diperlukan. Sebagian buku dongeng yang berisi kisah rakyat, legenda dan nilai-nilai kearifan lokal masih relevan dengan kehidupan modern.
Dongeng disebutnya sekaligus menjadi cara menyampaikan pesan moral yang baik bagi siswa melalui tokoh di dalam dongeng yang dibaca.