Tugu Babiola Tonggak Kesenian Daerah Pesisir Selatan

Editor: Koko Triarko

Mendapatkan rasa dalam bermain rabab adalah hal yang paling utama, karena pesan atau berita yang disampaikan itu adalah kisah nyata, bukan sebuah karangan belaka.

Terciptanya sebuah karya dalam memainkan kesenian tradisional tersebut, merupakan gabungan dari pemain biola yang andal, serta adanya sumber informasi yang terpercaya yang ingin menyampaikan kisah hidupnya kepada banyak orang.

“Kisah-kisah hidup yang disampaikan itu tentang suka duka dalam mengadu nasib di tanah rantau, karena masyarakat di Sumatra Barat banyak yang merantau. Bahkan bisa dikatakan, dengan bermain Biola Pasisia ini ibarat menjadi seorang ustadz yang menyampaikan nasihat hidup atau ceramah kepada banyak orang,” ujarnya.

Prinsip dari pemain Biola Pasisia, tidak ada biola yang bisa digesek, jika tidak ada kabar yang akan disampaikan. Begitu juga dalam memainkan Biola Pasisia, tidak bisa jari-jari pemain biola melantunkan irama not, bila tidak ada arah cerita yang bisa disampaikan. Tanpa ada cerita, Biola Pasisia seakan hilang kegagahannya di hadapan para wanita cantik rupawan.

Melihat begitu uniknya Babiola ini, Pemkab Pesisir Selatan mendirikan sebuah tugu di kawasan Kota Painan, Pesisir Selatan. Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni, mengatakan, hadirnya tugu itu merupakan ciri khas yang melambangkan wilayah tersebut dengan kesenian Rabab Pasisia.

Tugu tersebut didirikan untuk melestarikan Babiola dari masa ke masa. Setidaknya, dengan berdirinya tugu itu generasi di Pesisir Selatan, atau wisatawan yang datang ke Painan, bisa kenal dengan Rabab Pasisia.

“Di tugu itu ada keterangan singkat yang dituliskan seputar Rabab Pasisia. Jadi, bagi yang singgah melihat lebih dekat tugu Babiola itu, bisa mengetahui Rabab Pasisia. Tapi jangan disalahartikan ya, patung itu bukan untuk disembah,” tegasnya.

Lihat juga...