Ekosistem Terganggu, Hama Ulat Grayak Sulit Dikendalikan

Editor: Makmun Hidayat

MAUMERE — Serangan hama ulat grayak di  Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), kian memprihatinkan dan bisa dipastikan tanaman jagung petani akan mengalami gagal panen karena intensitas serangan hama masuk kategori berat.

“Serangan hama ulat grayak ini sudah sangat memprihatinkan karena hampir sebagian besar lahan jagung di wilayah dekat pesisir pantai mengalami kerusakan parah,” sebut Carolus Winfridus Keupung, Direktur Wahana Tani Mandiri, Maumere, Sabtu (8/2/2020).

Wim sapaannya menyebutkan, terganggunya ekosistem membuat hama ulat grayak ini sulit dikendalikan karena belalang yang biasanya memangsa ulat sulit ditemukan akibat pemakaian pestisida dan insektisida yang berlebihan.

Selain itu burung-burung yang menjadi pemangsa belalang juga hampir tidak ditemukan lagi sehingga hama ulat bisa berkembang biak begitu cepat karena tidak ada predator atau pemangsanya.

“Belalang dan hewan lainnya yang biasanya memangsa ulat tidak ada sehingga populasi ulat berkembang pesat. Selain itu bila belalang populasinya meningkat pasti sulit dikendalikan juga karena pemangsanya sulit ditemukan,” tuturnya.

Kepala Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Yoseph Yacob Da Rato saat ditemui, Sabtu (8/2/2020). -Foto: Ebed de Rosary

Kepala Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Yoseph Yacob Da Rato, menjelaskan, ulat grayak yang mewabah di Kabupaten Sikka merupakan jenis Spodiptera exigua atau larva berwarna coklat kehijauan dan  Spodoptera litura atau larva berwarna coklat.

Lihat juga...