Mobil Tamiya, Mainan Legendaris Tak Lekang Waktu
Editor: Makmun Hidayat
“Saya sendiri memiliki sekitar 20 buah mobil tamiya. Selain dikoleksi, sejumlah tamiya itu juga saya pakai untuk ikut balapan (kompetisi) bersama anggota komunitas pecinta tamiya lainnya,” kata PNS bertubuh kurus ini.
Pernah beberapa kali memenangi ajang kompetisi balap tamiya, Hastomo mengaku biasa menghabiskan uang ratusan ribu untuk membiayai sparepart mobil mainan tamiya miliknya. Itu belum termasuk biaya lain untuk membeli alat kelengkapan lainnya.
“Kalau untuk ajang lomba, satu buah tamiya minimal butuh dana Rp750ribu. Itu untuk membeli sparepart seperti dinamo, baterai, velg, ban, dan sabagainya. Kadang bisa lebih dari itu, karena untuk merk dan sparepart tertentu harganya berbeda. Satu buah ban saja ada yang sampai Rp100ribu, itu belum termasuk velg-nya,” katanya.
Sementara untuk koleksi, harga tamiya ternyata juga tak bisa dibilang murah. Seri-seri tamiya orisinal lawas yang telah tidak diproduksi biasanya memiliki harga yang sangat tinggi. Seri tamiya seperti Azente, Vanquise atau Momotaro misalnya bisa seharga Rp1,5 juta. Lalu ada seri Frisenby yang mencapai Rp2juta.
“Keasyikan bermain tamiya itu seperti balapan mobil sesungguhnya. Kita harus bisa menseting mobil sebaik-baiknya agar mampu melaju cepat di lintasan. Ada berbagai macam faktor mulai dari karakteristik trek, jenis mesin, gir, roda, arus listrik, dan sebagainya,” ungkapnya.
Selain mampu melatih ketelitian, ketelatenan dan kesabaran hobi tamiya dikatakan juga bisa menjadi ajang silaturahmi. Pasalnya dengan masuk dalam komunitas pecinta tamiya, setiap anggota akan bisa bertemu anggota lain dari berbagai macam latar belakang. Termasuk juga menjadikan hobi tamiya sebagai usaha/bisnis.