Pasar Ikan Asin Kalibaru Ada Sejak 1966

Editor: Koko Triarko

“Yang lokal itu dari Cilincing asli, putra daerah. Memang kalau dilihat penjualan mereka relatif rendah. Produksi mereka juga sangat dipengaruhi cuaca, karena mereka manual pengasinannya, tidak pakai oven, tapi dijemur. Jadi, mengandalkan panas matahari,” papar Iswari.

Sejak itu sampai sekarang, sepanjang jalan Kakap mulai dijamuri para pedagang ikan asin, kurang lebih jumlahnya sampai ratusan kios. Uniknya, pasar tersebut tidak pernah mengenal libur, bahkan sebagian pedangang tetap memilih berjualan selepas salat Ied.

“Buka terus setiap hari. Memang cukup monoton dagangan ini. Kenapa bisa begitu? Karena ikannya kalau tidak dijual atau tidak masuk freezer, akan cepat busuk dan harganya bisa langsung jatuh. Makanya, harus segera dijual,” kata Iswari.

Hampir semua jenis ikan asin tersedia di sana, mulai dari jenis teri dengan bergam variannya, cumi sontong, ikan pedak, udang rebon dan sebagainya. Harganya pun relatif lebih murah, bisa dibeli eceran, kiloan, hingga grosiran.

“Macam-macam harganya, kalau grosir Ikan Asin Peda Rp65 ribu, Ikan Asin Gabus Rp70 ribu, Ikan Asin Teri Rp110 ribu, Ikan Asin Jambal Rp100 ribu, Ikan Asin Tenggiri, Rp150 ribu, Ikan Asin Telang, Rp180 ribu, Ikan Asin Mujair Rp30 ribu, Ikan Asin Layur Rp40 ribu, Ikan Asin Layang Rp50 ribu, Ikan Asin Kerapu Rp75 ribu, Ikan Asin Cumi Rp140 ribu, Ikan Asin Jambrong Rp 70 ribu,” ujar Suronah, salah seorang pedagang ikan asin.

Suronah memastikan, ikan asin yang dijual di pasar Kalibaru tidak menggunakan formalin sedikit pun. Dia menegaskan, semua ikan dalam keadaan segar dan sehat.

“Sering kita dicek sama Dinas Kesehatan dan mereka tidak pernah menemukan ada yang pakai formalin,” tukas Suronah.

Lihat juga...