Pasca-Banjir, Warga Bantaran Sungai di Lebak Gelar Ronda Malam
LEBAK – Pasca-banjir melanda, warga bantaran sungai di Kabupaten Lebak menggelar ronda malam. Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir bandang dan longsor susulan, karena curah hujan di daerah tersebut cenderung meningkat.
“Kami mengelar ronda itu bisa menyampaikan melalui pengeras suara kepada warga, jika malam sampai dini hari Sungai Ciberang meluap,” kata Sukur,salah satu tokoh masyarakat Desa Sukarame Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Sabtu (1/2/2020).
Banjir bandang dan longsor di awal 2020 di daerah tersebut, masuk kategori terparah. Ratusan rumah rusak berat dan hanyut, sehingga warga terpaksa harus tinggal di posko pengungsian. Selain itu fasilitas jembatan gantung terputus, dan sejumlah pemukiman dalam kondisi terisolir.
Pengalaman tersebut mendorong warga menggelar ronda malam secara bergantian, antara tujuh sampai 10 orang per malam. “Warga merasa tenang jika ada warga yang ronda malam untuk mengantisipasi bencana alam,” jelasnya.
Menurut dia, warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciberang masih trauma pasca-banjir bandang dan longsor. Meskipun bencana alam di daerah itu tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi banjir bandang dan longsor meluluhlantakan permukiman warga.
Selama ini, intensitas curah hujan cukup tinggi dan berpotensi terjadi banjir bandang dan longsor. Tercatat, dua hari lalu jembatan gantung darurat yang terbuat dari bambu hanyut akibat luapan Sungai Ciujung. “Kami menggelar ronda malam itu guna meningkatkan kewaspadaan agar warga tidak menjadi korban kebencanaan,” katanya.
Camat Sajira, H Rahmat mengimbau, masyarakat yang tinggal di banataran Sungai Ciberang meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir bandang dan longsor. Curah hujan sepekan ke depan, diprediksikan cenderung meningkat dan berpeluang terjadi di sepanjang hari. “Kami minta warga menggunakan pengeras suara dan bunyikan tontongan, jika Sungai Ciberang meluap agar warga dapat menghindari bencana banjir dan longsor,” katanya.