Pencak Silat Bandrong Lestari di Lamsel

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Saat acara pernikahan, penyambutan tamu, acara pemerintahan ataupun eksibisi untuk memperkenalkan seni pencak silat bandrong. Peminat silat bandrong di Desa Sumur menurutnya berasal dari lintas generasi. Anak usia SD hingga SMA yang berminat berlatih, dilatih oleh pelatih di padepokan Garuda Brajamusti.

“Orangtua umumnya mendukung karena kegiatan positif, menjaga tradisi dan bagian dari olahraga,” tutur Ahmad Yani.

Peran aktif generasi tua menjadi pemain musik tradisional pengiring silat bandrong menjadi semangat bagi generasi muda. Terlebih dalam beberapa tahun terakhir silat gandrong banyak diundang untuk acara.

Sejumlah dusun yang belum memiliki kesenian bandrong bahkan meminta untuk dilatih. Selain bagi warga asal Banten, Lampung sebagian dari wilayah lain juga berminat.

Abeng, ketua Karang Taruna Desa Sumur, mengaku, sangat mendukung generasi muda berprestasi. Seni silat bandrong salah satu cara melestarikan seni tradisional yang harus dikenalkan pada generasi muda. Beranggotakan sekitar 50 orang di Padepokan Garuda Brajamusti sebagian merupakan generasi muda.

“Sisi positifnya anak-anak tidak melakukan kegiatan lain yang negatif dan bisa ikut menjaga tradisi leluhur sekaligus cabang olahraga,” tutur Abeng.

Abeng menyebut grup kesenian yang dilestarikan mulai diundang untuk tampil. Penampilan tersebut semakin memperkenalkan tradisi silat bandrong yang sudah berusia ratusan tahun itu.

Mempertahankan filosofi menjaga tradisi leluhur, para generasi muda juga bisa memilih untuk menjadi atlet. Sebab pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga prestasi.

Yohandia, salah satu siswa kelas 8 SMP menyebut, ia ikut seni silat bandrong untuk menjaga tradisi. Sebab meski berasal dari Banten, namun ia memastikan lahir dan tinggal di Lampung.

Lihat juga...