Sudah Saatnya Kelola Laut dengan Konsep ‘Blue Economy’
JAKARTA — Indonesian Energy and Environmental Institute (IE2I) menilai Indonesia sudah saatnya mengelola kekayaan laut, yang begitu besar, dengan konsep blue economy.
Konsep tersebut merupakan pendekatan pengelolaan kelautan secara berkelanjutan dengan tujuan pertumbuhan ekonomi.
“Blue economy itu memiliki prinsip antara lain keterlibatan masyarakat, efisiensi sumber daya, meminimalkan limbah, dan nilai tambah ganda sesuai UU NO. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan,” kata Co-Founder dan Penasihat IE2I Satya Hangga Yudha Widya Putra saat menjadi pembicara dalam diskusi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia seperti disampaikan dalam pernyataan tertulisnya di Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Pembicara lain di panel yang sama dalam diskusi bertajuk KOMPeK 22nd Amplify, “Optimizing the Leading Sectors to Amplify National Economic Resilience,” adalah Guru Besar FEB UI Sulastri Surono, Kepala Subdirektorat Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Mustaba Ari Suryoko, dan perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rudy P Siahaan.
Menurut Satya Hangga, Indonesia perlu melindungi lautnya dari sampah plastik, illegal fishing, pemanasan global, dan perubahan iklim.
Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Rumah Millennials (RM) itu juga mengatakan Indonesia harus memperkuat sistem keamanan maritim bekerja sama dengan negara kepulauan lainnya.
Ia menambahkan Indonesia memiliki penduduk 262 juta jiwa, 17.500 pulau, dan 34 provinsi.
“Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di lokasi yang strategis dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia yakni sekitar 108 ribu km,” katanya.